Humor Ala Santri: Kisah Lucu Muallaf – Cerita lucu para santri ternyata tak kalah kocak dan menarik dibanding humor jenis lain. Hanya saja, anekdot kocak atau joke segar yang dilemparkan tetap pada kaidah keIslaman. Tidak menggiring pembaca untuk berfikir jorok dulu sebelum menghajar dengan gelak tawa tak terduga. Kalau bisa sih mengandung nilai atau pesan positif bagi pembaca. Seperti anekdot humor ala santri khas almarhum Gus Dur. Beliau dikenal sebagai tokoh agama Islam yang suka bercanda. Banyak cerita lucu ala beliau diulang-ulang oleh ratusan blogger sehingga pembaca sampai hafal kisahnya.
Humor ala santri versi Republik Gondes ini tidak akan menyampaikan kembali guyonan Gus Dur. Seperti komitmen kami, sebisa mungkin blog ini menampilkan humor orisinil anti copas hingga pembaca mendapat alternatif humor baru, tidak itu-itu melulu. Ya... meskipun kadang ada kesamaaan ide (tema) dengan website lain, tapi penyampaiannya pasti beda.
Seperti dua contoh cerita lucu pendek tentang muallaf ini. Silahkan disimak
Jama’ah... O... Jama’ah
Ada seorang mualaf yang baru masuk Islam ikut rombongan jama’ah menghadiri tabligh akbar dengan pembicara Ustadz Maulana. Meski tak begitu paham dengan apa yang dibahas, maklum baru kemarin masuk Islam- tapi dia sering tertawa melihat gaya khotbah sang ustadz lucu. Bahkan sampai hafal betul dengan kata-kata yang sering di ulang ini, “Jama’aah.... O... jama’ah... Alhamdulillah...”
Sepulang dari acara pengajian, rombongan melewati tempat mangkal para wanita tuna susila (WTS). Melihat pakaian para PSK yang menggoda iman tersebut, kontan seluruh rombongan santri istighfar, “astaghfirullah hal adziem...”
Karena belum bisa melafalkan kata tersebut, si mualaf hanya diam saja. Hingga seorang santri menegurnya. “Jika melihat sesuatu yang tak pantas, jangan diam saja... Ucapkanlah istighfar..”
“Tapi saya belum bisa mengucapkan kata dalam bahasa Arab istri... eh apa tadi? Istri jafar?” sahut si mualaf polos
“Istighfar...” jelas teman santrinya dengan menahan senyum. “Kalau belum fasih bahasa Arab, pakai bahasa Indonesiapun tak apa...”
“Oo.... begitu ya?”
Tak berapa lama, rombongan santri tersebut kembali melewati seorang bencong memakai rok mini dan rambut palsu.
Sebelum yang lain sempat istighfar, tiba-tiba terdengar si mualaf (bermaksud) istighfar keras-keras.. “Jama’aaah... O... jama’ah.... Alhamdul....lillah...!!”
Hukuman Sunat Muallaf
Masih tentang muallaf, kali ini sang mualaf sungguh-sungguh ingin mendalami islam. Setelah menjalankan syarat masuk islam yaitu sunat (Khitan), dia menemui seorang kyai untuk belajar berbagai macam rukun Islam.
“Pak kyai... katanya sholat itu lima waktu. Tapi kenapa kok banyak yang sholat lebih dari lima kali dalam sehari?” tanya muallaf.
Dengan sabar pak kyai menjelaskan, “Sholat yang hukumnya wajib itu lima kali yaitu: subuh, dhuhur, ashar, maghrib dan isyak... Sedang sholat yang lain hukumnya sunah...”
“Apa?!” Wajah si muallaf mendadak pucat mendengar penjelasan pak kyai. “Kalau begitu saya nggak mau sholat yang lain...”
“Lho, kenapa?” tanya pak kyai, “Sholat sunah itu pahalanya sangat besar...”
“Pokoknya saya nggak mau dihukum sunat lagi.... Kapok!!” jawaban polos sang muallaf membuat Pak Kyai ketawa. Rupanya dia salah menafsirkan arti kata sunah dan sunat... Dikiranya sama.
Ada-ada aja...